Mengapa anak mempunyai teman khayalan?
Kalau kita perhatikan lebih jauh mengenai tingkah laku anak, sangat lah unik sekali. Ada sebuah artikel yang menarik dari Majalah Ayah Bunda yang pernah saya baca mengenai teman khayalan.
Dari hasil penelitian di amerika Serikat, menunjukkan bahwa setengah dari anak usia 1,5 hingga 6 tahun, mempunyai teman khayalan.
Sebagian orang tua cenderung mengabaikan dan membiarkan anaknya bicara sendiri. Namun demikian banyak pula orang tua merasa cemas melihat perkembangan anaknya. Bahkan sering mengaitkan tingkah laku anaknya dengan gangguan jin. Padahal kehadiran teman khayalan adalah suatu cara kreatif anak dalam menghadapi keadaan tanpa teman.
Teman khayalan biasanya muncul saat anak sendiri. Pada anak tunggal atau anak yang selisih usianya jauh dari saudaranya biasanya mempunyai teman khayalan. Melalui teman khayalan, anak dapat mengekspresikan perasaan dan tingkah laku negatifnya.
Menurut Bernice Berk, Ph.D., psikolog Bank School for Children di New York, pada usia tersebut anak menghadapi dunia yang luas, tapi juga tentang kekuasaan dalam keluarga. Karena orang tua mulai menuntut anak usia ini untuk bertingkah sopan. Anak yang tidak suka diatur akan menciptakan teman khayalan yang pemberontak yang selalu membuat kekacauan. Dengan menyalurkan pemberontakannya menjadi suatu 'pribadi' , ia akan terhindar dari masalah dengan orang tuanya. Selain itu, di saat anak menghadapi situasi yang tidak dikenalnya, teman khayalannya akan muncul untuk membantunya mengatasi masalahnya.
Hal yang paling dikhawatirkan orang tua adalah bahwa anaknya benar-benar percaya keberadaan teman khayalannya. Padahal sesungguhnya mereka tahu bahwa temannya hanyalah khayalan.
Apakah teman khayalan tidak mengganggu penyesuaian diri dengan teman sebayanya? Hasil penelitian justru menunjukkan anak mempunyai teman khayalan biasanya lebih mandiri, dapat bekerja sama dengan guru dan dan teman sebaya, lebih gembira, kurang agresif dibanding teman sebayanya dan mempunyai perbendaharaan kata yang kaya. Selain itu, para ahli yakin bahwa orang dewasa yang kreatif biasanya mempunyai teman khayalan pada masa kecilnya.
Namun bagaimana jika anak selalu membicarakan dan bermain dengan teman khayalannya? Dalam hal ini orang tua harus waspada. Karena hal itu bisa jadi merupakan tanda adanya rasa tidak aman yang mendalam pada anak. Apalagi bila anak sudah berusia 4 tahun dan mempunyai masalah berkelanjutan dalam masa penyesuaian diri dengan teman sebayanya. Dalam kondisi demikian, anak harus segera dibawa ke psikolog anak atau ke psikiater untuk mengetahui permasalahannya. Dan biasanya pada usia 6 tahun teman khayalannya tidak lagi muncul. Sekolah, tekanan teman sebaya dan berbagai minat baru akan 'mengusirnya'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar